“Aku harus pergi meninggalkan kota ini,” ucap Rona memulai pembicaraan.
“Tekadmu sudah bulat untuk melanjutkan sekolah di sana?” tanya kekasihnya.
Rona hanya mengangguk perlahan. Matanya menerawang jauh ke arah matahari
yang mulai terbenam. Suasana sore hari itu membuat hatinya yang kacau
sedikit tenang. Rona sudah diterima di universitas yang telah lama dia
impikan. Namun masalah yang harus dihadapinya adalah dia akan
terpisahkan oleh jarak dan waktu dengan kekasihnya, Fajar. Yogyakarta
bukanlah kota yang mampu ditempuh hanya dengan dua atau tiga jam
perjalanan dari Probolinggo.
“Jadi keputusanmu bagaimana? Kau akan mengakhiri hubungan ini begitu saja?” lanjutnya.
“Jika kau mau bertahan dengan jarak dan waktu yang memisahan kita, aku pun tidak masalah,” jawab Rona.
“Kau mau kita menjalani LDR?”
“Iya. Tapi apa kau bisa?” tanya Rona balik.
“Aku akan berusaha dan tetap menjaga hatiku sampai kau kembali,” ucap Fajar dengan tersenyum melihat kekasihnya itu.
“Kau janji?”
“Tentu saja,” ujar Fajar menggengam erat jemari kekasihnya itu. Dia
seperti tidak ingin terpisahkan dengan Rona yang sangat dia cintai.
3 bulan kemudian…
“Hai, Rona! Lagi apa?” tanya seseorang dari belakang Rona.
“Cari referensi tentang tugasku,” jawabnya singkat.
“Bisa aku bantu? Sepertinya kau kesulitan mencarinya di buku sebanyak ini,” tawar Toni.
“Tak usah, kau dapat membantuku dengan pergi dan tidak mengganggu aku hari ini,” ucapnya ketus.
“Marah ya? Oke dah maaf. Aku pergi dulu. Bye,” ujar Toni seraya pergi meninggalkan Rona dengan tumpukan buku yang cukup banyak.
Rona lega akhirnya Toni pergi meninggalkannya sendiri. Dia mengganggap
Toni sebagai pengganggu karena pemuda tersebut selalu mengikutinya.
“Kau terlalu ketus mengusir dia, Na,” tiba-tiba Sarah menegur Rona yang
masih sibuk dengan bukunya. Sarah merupakan sahabatnya dari SMA dan juga
satu kampus dengannya.
Rona hanya menghela napas mendengar ucapan temannya.
“Baiklah, aku tau kau tidak suka dengannya tapi aku rasa dia suka sama kamu,” goda Sarah.
“Sudahlah, berhenti ngomongin dia,” Rona segera mencari handphonenya.
Dia tiba-tiba teringat dengan kekasihnya dan berniat untuk mengiriminya
pesan.
“Kau sedang mengirim sms ke Fajar?”
Rona mengangguk dan terus sibuk mengetik sms yang akan dia kirim ke Fajar.
“Kau tahu tidak, waktu aku pulang ke Probolinggo kemarin aku melihat Fajar sedang jalan bersama mantannya,” tutur Sarah.
“Mantan? Maksudmu Tasya?” ujar Rona kaget.
“Iya, apa Fajar tidak bercerita padamu?”
Rona menggeleng. Dia merasa khawatir jika Fajar sudah melupakan janji
mereka untuk saling menjaga perasaan. Namun dia mencoba untuk berpikir
positif. Mungkin Fajar hanya ingin bertemu dengan mantannya tanpa ada
maksud lebih di antara mereka.
Sar, kau ada dimana?
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:37:22
Di kost. Knp?
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:40:01
Aku ke sana ya? Ada yang ingin aku tanyakan.
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:42:46
Loh? Kau ada di Yogya? Sejak kapan?
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:45:24
Nanti saja ceritanya. Tapi kau jangan cerita ke Rona kalau aku di Yogya.
Sender : Fajar
Sent : 28-Dec-2011 08:47:33
Ok.
Sender : Sarah
Sent : 28-Dec-2011 08:50:23
Fajar segera meluncur ke tempat kost Sarah. Setibanya di sana, dia
disambut hangat oleh sahabat kekasihnya itu. Fajar kemudian bercerita
bahwa dia ingin memberikan kejutan bahwa dia akan mengunjungi Rona.
Sekaligus ingin melihat aktivitas yang dilakukan Rona di kota tersebut.
Tak lama kemudian Toni datang ke tempat kost Sarah dan memberikan
sesuatu padanya.
“Sar, aku minta tolong ya. Berikan surat ini pada Rona!” pintanya.
“Surat apa ini?” tanya Sarah seraya mengambil surat beramplop biru dari tangan Toni.
“Aku tidak ingin Rona selalu jutek padaku setiap aku mendekatinya. Maka
dari itu aku ingin menceritakan semua perasaanku ke dia,” tutur Toni.
Fajar yang saat itu sedang bersama Sarah merasa kaget mendengar ucapan
pemuda tersebut. Dia tidak menyangka bahwa Rona telah dekat dengan
pemuda dihadapannya. Hatinya memanas seketika dan bergemuruh hingga
mendidihkan emosinya. Tapi dia menahan diri dan berusaha bersikap biasa
dan cuek mendengar cerita dari Toni meskipun hatinya terbakar cemburu.
“Dia temanmu?” tanya Toni yang melihat Fajar di samping Sarah.
“Iya, dia adalah Fajar, kekasih…”
“Aku teman Sarah, perkenalkan,” ucap Fajar memotong perkataan Sarah
seraya berjabat tangan dengan Toni. Fajar tidak ingin Toni mengetahui
bahwa dia adalah kekasih Rona yang kelak pasti akan menimbulkan masalah
yang tidak dia inginkan.
Usai berkenalan dan berbincang, Toni berpamitan dan mengingatkan Sarah untuk tidak lupa memberikan suratnya pada Rona.
“Kau tidak mengatakan bahwa kau kekasihnya Rona?”
“Tidak usah. Mana surat darinya? Biar aku sendiri yang menyerahkan pada Rona,” pinta Fajar.
Sarah pun memberikan surat tersebut pada Fajar. Tak lama kemudian,
Fajar pamit untuk segera menemui Rona dengan hati yang bergejolak tak
menentu.
Ponsel Rona berdering pertanda ada telepon masuk. Dia tersenyum
senang saat dilihatnya di ponselnya tertera nama kekasihnya. Dia segera
mengangkat telepon dari orang yang sangat dia rindukan.
“Hallo, Fajar. Apa kabar? Sudah lama kau tidak meneleponku”
“Maaf, Na. Aku sibuk. Kau sedang apa?” tanya Fajar.
“Lagi santai saja di kamar. Kau sendiri?” tanya Rona balik.
“Aku sedang di perjalanan menuju tempat kostmu. Ada yang ingin aku bicarakan,” jawabnya.
“Kau ada di Yogya? Wah. Ini kejutan buatku ya? Baiklah aku akan bersiap,” ucap Rona gembira.
“Iya, sudah dulu ya,” sahut Fajar seraya menutup ponselnya.
Di perjalanan, Fajar masih teringat saat pertama kali bertemu dengan
Rona, gadis itu begitu menarik perhatiannya sehingga membuatnya ingin
memilikinya. Namun, ketika mereka sudah disatukan oleh cinta, mereka
harus terpisah oleh jarak dan waktu, kesetiaan mereka telah diuji oleh
situasi. Kini keputusan ada di tangannya. Dia ingin mempertahankan Rona
namun dia merasa hubuungannya bergitu rentan untuk berakhir dikarenakan
pihak-pihak yang mencoba mengusik kesetiaan mereka.
Beberapa menit kemudian, Fajar sudah sampai di tempat kost Rona. Di sana terlihat kekasihnya sedang menunggu di depan kost.
“Kau akan mengajakku kemana?” tanya Rona penuh semangat.
“Bagaimana kalau ke Parang Tritis, sunset di sana pasti bagus,” usulnya saat masuk ke dalam mobil.
“Baiklah,” Fajar segera mengemudikan mobilnya menuju ke tempat yang diinginkan kekasihnya.
Selang beberapa menit, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Rona
segera turun dan berlari menikmati udara di sana. Dia sudah lama ingin
pergi ke tempat tersebut namun masih belum ada yang mengajaknya.
Di kejauhan, ombak bergulung-gulung begitu besar. Makin lama, gelombang
laut itu mengecil saat mencapai daratan. Anak-anak begitu senang bermain
di sekitar ombak. Para pengunjung lain lebih senang duduk di pasir
sembari memandang keindahan Parang Tritis.
“Kau menikmatinya?” Fajar membuka pembicaraan.
“Iya. Tadi kamu bilang mengajakku karena ingin mengatakan sesuatu. Tentang apa?”
Fajar kemudian merogoh kantong bajunya dan menyerahkan surat dari Toni pada kekasihnya.
“Bukalah!” ucapnya.
Rona kemudian membuka surat tersebut dan membaca isinya. Di dalamnya
berisi curahan hati Toni mengenai perasaannya pada dirinya. Rona tidak
menyangka bahwa maksud Toni selalu mengikutinya karena pemuda itu
memiliki perasaan padanya.
“Aku tidak tahu sejak kapan kau dekat dengan laki-laki itu. Bagaimana jawabanmu terhadap surat itu” tanya Fajar.
“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Toni. Aku masih menjaga kesetiaan
padamu,” ucap Rona. “Kau sendiri bagaimana dengan Tasya?” Rona mencoba
mengalihkan pembicaraan.
Fajar kaget mendengar ucapan Rona, dia tidak percaya bahwa Rona mengetahui kedekatannya kembali dengan mantannya tersebut.
“Kau tidak perlu kaget dengan ucapanku,” tutur Rona seakan mengetahui pikiran Fajar.
“Aku memang saat ini dekat dengannya. Tapi aku hanya menganggapnya
teman. Aku simpati padanya karena dia sudah berubah menjadi baik, tak
seperti sifatnya dulu. Kau pasti mengetahui hal ini dari Sarah, bukan?”
Rona mengangguk. Dia hanya menatap keindahan laut yang terhampar di
depan matanya. Dia seakan tidak ingin mendengar ucapan Fajar yang
perlahan menyayat hatinya.
“Jadi bagaimana keputusanmu?” tanya Fajar
Rona terdiam sejenak. Dia kemudian menghela napas sebentar dan mulai
berkata, “Maaf, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini
lagi,” tutur Rona pelan.
“Jadi kau memilih Toni?”
“Tidak, aku akan lebih berkonsentrasi pada kuliahku. Mungkin ujian
kesetiaan kita cukup berakhir di sini. Aku tidak ingin menyakitimu dan
aku pun tidak ingin bersedih saat kau bersama mantanmu di sana,”
jawabnya lirih.
“Aku juga belum tentu akan kembali pada Tasya,” ucap Fajar.
Pembicaraan mereka pun terhenti. Pikiran mereka berkecamuk sendiri di
dalam benak masing-masing. Suasana sunset meredakan kebimbangan
diantara mereka. Dengan perasaan tak menentu, Fajar melangkahkan kaki
meninggalkan pantai yang menjadi saksi atas berpisahnya cintanya dengan
wanita yang dicintai selama ini. Demikian juga Rona.
Saat kembali ke dalam mobil, Rona hanya menyesali keputusannya. Dia
mungkin tidak dapat bertemu lagi dengan sosok pemuda seperti Fajar.
Namun, inilah keputusan yang telah dia ambil demi kebaikan di antara
mereka.
Lagu “Perpisahan Termanis” mengalun indah di dalam mobil mengantarkan mereka ke masa depan masing-masing.
Jika memang kau tak tercipta untuk ku miliki
Cobalah mengerti yang terjadi
Bila mungkin memang tak bisa
Jangan pernah coba memaksa
tuk tetap bertahan di tengah kepedihan
Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu
41. Pria lebih menyukai wanita yang cerdas, ketimbang wanita yang hanya tahu soal make up dan rok mini.
42.
Pria adalah sosok yang sok tahu, mereka malu bertanya kepada wanita apa
yang diinginkan. Alhasil, tebakan mereka seringkali meleset.
43.
Ketika pria menginginkan sesuatu, mereka akan membayangkannya. Tetapi
mereka tak mau terlibat terlalu jauh. Mereka lebih cenderung memendam
dalam-dalam keinginan mereka jika tahu keinginan itu sulit terwujud.
44. Pria adalah makhluk yang payah dalam soal rahasia. Mereka hampir tak bisa menyimpan rahasia dengan baik.
45. Terkadang, pria terlalu banyak berpikir negatif ketimbang positif.
46.
Fantasi pria soal wanita adalah satu-satunya fantasi yang tak mungkin
dibatasi. (Sekalipun mereka telah memiliki pasangan dan keluarga)
47.
Tinggi badan mungkin bukan masalah yang terlalu penting bagi pria,
tetapi mereka cukup peduli pada berat badan (wanita khususnya, termasuk
Anda)
48. Jika pria mulai serius dengan hubungannya, maka mereka
akan menjadi makhluk yang super posesif. (Inilah mengapa ia selalu
berusaha menjemput dan mengantar Anda, serta selalu mengecek inbox
message di dalam handphone Anda)
49. Jika Anda tahu bagaimana menaklukkan pria Anda, mereka tak akan pernah bisa jauh dari Anda.
50. Bagi pria, melupakan seseorang membutuhkan waktu yang lebih lama dari seumur hidup.
30. Bukan wanita saja yang gemar bergosip, di antara teman prianya, mereka juga seringkali bergosip.
31. Wanita, adalah kelemahan setiap pria. (Mereka tak akan tahan melihat air mata jatuh dari mata Anda. Mereka juga tak suka melihat Anda bersedih)
32. Tak seperti wanita, pria lebih jujur dan terbuka tentang diri mereka. Mereka lebih menerima kekurangan apa adanya.
33. Boleh saja membuat pria penasaran pada Anda, tetapi jika digantung terlalu lama, mereka juga bisa bosan dan jenuh lho.
34. Percaya atau tidak, pria adalah juri yang adil dan baik.
35. Walau terkadang mereka berkesan jorok, tetapi pada dasarnya pria suka kebersihan, aroma wangi, dan keindahan.
36. Pria lebih suka pada wanita yang menghargai dirinya apa adanya.
37. Pria mencintai seorang wanita yang bisa menjadi sahabat, sekaligus kekasih baginya.
38. Jika ada seorang pria yang menceritakan masalahnya, Anda cukup mendengarkannya. Jangan beri nasehat atau menyalahkan dirinya.
39. Jika ada seorang pria menyukai Anda, lihat lebih jauh ke dalam matanya. (Mata adalah jendela hati, dan ia tak pernah berbohong)
40. Pria selalu memiliki cara untuk menghindarkan Anda dari pria lain. (Salah satunya dengan menolak diajak jalan ke mall)